Sabtu, 20 November 2010

Bantu Akses Pasar

Bisa menciptakan lapangan kerja baru, serta menambah penghasilan keluarga. Alasan itulah yang mendasari Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kota Surabaya, Tjahjani Retno Wilis untuk terus mendorong kaum ibu rumah tangga agar bisa mengembangkan usaha sendiri.

“Selama ini banyak usaha yang dikembangkan ibu-ibu berasal dari hobi, dan sebagian besar berhasil,” kata Wilis, panggilan akrabnya, belum lama ini.

Menurut Wilis, kaum wanita yang menjalankan usaha rumahan, selama ini justru dikenal cukup ulet, tak mudah putus asa, inovatif, bahkan atraktif. Ini karena mereka biasanya menjalankan teknik marketing dari komunitas, seperti menawarkan saat pengajian, arisan, terkadang mengikuti even bazar kecil-kecilan.

Oleh karena itu, Wilis cukup bersemangat untuk terus mendorong upaya mereka, bahwa seorang istri tidak selamanya hanya berpangku tangan, namun juga bisa menghasilkan uang dari rumah.

Meski hanya usaha rumahan, aku Wilis, ternyata rata-rata produk yang dihasilkan mendapat respons positif di pasar. “Kita ambil contoh produk kerajinan aksesoris wanita, pasarnya sangat luar biasa, bahkan banyak di antara perajin yang tak menduga besarnya animo konsumen,” tandasnya.

Masalah muncul, ketika permintaan melimpah, tetapi perajin justru tak mampu memenuhinya hanya karena keterbatasan kapasitas produksi dan waktu. Selain itu, keterbatasan modal untuk mencukupi kebutuhan bahan baku juga menjadi hambatan tersendiri.

“Ini yang mendasari kita untuk memberikan wadah dan membantu mereka untuk bisa mengakses pasar. Paling tidak menggandeng mereka untuk dilibatkan dalam sejumlah pameran,” jelas istri Wakil Walikota Surabaya Arif Afandi ini.

Upaya itu didasari banyaknya perajin yang ingin mengembangkan usaha, khususnya ketika masuk ke pasar untuk bisa bersaing di pusat perbelanjaan, namun terkendala biaya sewa stan yang mahal.

Dalam setahun, rata-rata Dekranasda Jatim mengikutsertakan perajin dalam lima even pameran berskala nasional dan internasional, baik di Surabaya, Jakarta, maupun daerah lainnya. “Dananya kita mendapat bantuan APBD Kota Surabaya,” ungkap Wilis.

Soal dukungan permodalan, diakui Wilis, selama ini sebagian perajin masih mengandalkan dana pribadi. Ini tak lepas dari sulitnya mereka mengakses perbankan. Rata-rata pengajuan tidak disetujui karena usahanya tergolong baru atau alasan lain. “Kita berharap perbankan bisa lebih lunak dalam memberikan batasan ke UKM,” ujarnya.

Melihat kenyataan itu, Wilis akhirnya membantu mereka mendapatkan akses modal di luar perbankan, salah satunya menggandeng beberapa badan usaha milik negara (BUMN).

Seperti diketahui, setiap perusahaan pelat merah khususnya yang untung, diwajibkan menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program kemitraan inilah yang banyak disalurkan untuk membantu permodalan bagi sektor UKM.

“Kita menggandeng BUMN seperti, Telkom, Pelindo III, PTPN dan BUMN lain, yang ada di Surabaya, dan beberapa perajin telah dibantu,” tuturnya. surya.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar