Selasa, 23 November 2010

Jalan Dua Tahun, Kini Minimal Produksi 100 Kotak Per hari

Bisnis roti lapis legit memang sudah menjamur. Hampir di setiap kota, roti ini bisa dijumpai. Namun, di setiap daerah lapis legit menawarkan citarasa yang berbeda-beda. Tergantung inovasi si pembuat roti.

Di Surabaya, ada banyak pelaku usaha lapis legit mulai skala mikro sampai pabrikan. Olahan rasanya pun beragam, demikian pula adonannya. Ada yang dicampur rasa durian, cokelat, kismis, kacang almond, strawberry. Lapit legit pun menjelma ke dalam berbagai varian rasa.

Salah satunya dilakoni Sukirno, 32, warga Menanggal Surabaya ini. Keahlian membuat lapis legit, awalnya ia dapatkan ketika bekerja di Jakarta.

“Saya ikut usaha perorangan yang khusus bikin lapis legit selama lima tahun di Jakarta. Setelah saya merasa mampu berdikari, saya memilih keluar dan mendirikan usaha sendiri bersama teman-teman asal Purwokerto yang juga merantau di Jakarta,” kata Sukirno, Jumat (17/9).

Dua tahun silam, bermodal Rp 45.000 setiap orang, ia bersama tiga kawannya yang lain menjajal mendirikan usaha bersama di bidang pembuatan lapis legit. “Kebetulan istri saya juga di Surabaya, teman-teman yang lain juga demikian. Jadilah usaha patungan itu,” lanjut kelahiran Purwokerto 24 April 1978 ini.

Ia sengaja kerja patungan lantaran waktu itu kurang pede untuk memutar roda usahanya sendiri. “Inti bisnis saya yang besar justru bikin pigura gelas. Ordernya sudah kemana-mana. Tapi karena terus surut maka banting setir ke lapis legit. Kebetulan, saya pernah bekerja di home industry lapis legit juga,” kata suami Yuni Wahyuningsih ini.

Model pemasarannya tidak melalui toko dan supermarket melainkan ke perkantoran, rumah sakit dan keliling perumahan door to door. “Kalau dititipkan ke toko, modalnya tidak bisa langsung dipakai beli bahan karena harus nunggu dagangan laku baru kita dibayar,” ujar Sukirno.

Agar usaha kuenya terus berputar, akhirnya ia bersama tiga rekannya Yono, Hartono dan Yanto, menjalin kerja sama dengan dinas-dinas. “Kalau ada acara, pemesanannya melalui kita. Alhamdulillah, pemasaran dengan cara ini cukup lancar,” jelas Sukirno.

Hingga kini, belum ada niat pada dirinya maupun rekan-rekannya untuk mendirikan outlet mandiri saat ini. “Modalnya belum cukup. Investasinya besar. Sebut saja, sewa outlet di Alfamart atau Indomaret per bulannya Rp 350.000, sewa di Carrefour atau Giant malah Rp 3,5 juta,” lanjutnya.

Cara yang dilakukannya selain memasarkan ke instansi, ia menerima order dari orang-orang untuk lapis legit bermerek. “Misalnya kita suplai lapis legit tanpa merek, lalu orang itu memberi merek sendiri. Untuk ukuran 17,5×17,5 cm kita jual seharga Rp 15.000. Masa kedaluwarsanya lima hari,” ungkap Sukirno.

Saat ini, ia sudah memekerjakan enam orang karyawan yang direkrut dari warga sekitar di kawasan rumahnya. Ada yang bertugas mencampur adonan, mengolah hingga finishing.

Dengan tenaga kerja ini, setidaknya minimal ada 100 kotak kue lapis legit yang bisa ia produksi dalam sehari. Soal rasa, Sukirno lebih memilih rasa original. Terkecuali ada pesanan dengan tambahan kismis atau cokelat.

Untuk pemesanan dalam jumlah besar, ia mematok minimal dalam jangka waktu tiga hari ia baru menyanggupi. “Kebetulan selama H-7 hingga H+7 Lebaran kita libur, mau istirahat, minggu depan akan produksi kembali,” yakinnya. surya.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar