Senin, 22 November 2010

Rezeki Mengalir dari ‘Auman Singa Hijau’

Even besar sepak bola Piala Dunia (PD) yang digelar di Afrika Selatan benar-benar menyita banyak perhatian. Bukan hanya dari peminat permainan bola kaki ini saja, tapi tak terkecuali perajin usaha kecil menengah (UKM) yang berebut memproduksi Zakumi -maskot PD berupa singa hijau, sebagai souvenir.

Produk souvenir atau merchandise hampir setiap saat bisa dijumpai, baik di perusahaan, kantor, restoran atau di lokasi wisata. Produk-produk berupa gantungan kunci, mug, boneka, plakat, jam dinding, dompet hingga tas ini, memang sengaja dibuat –utamanya dalam even tertentu– sebagai bentuk kenangan atau apreasi kepada pelanggan/tamu.

Sebut saja Restoran ToniJack’s di Plasa Surabaya. Rumah makan cepat saji ini sengaja membuat souvenir atau merchandise untuk mengikat pelanggan-pelanggannya. Restaurant Manager ToniJack’s Plasa Surabaya, Ali Mustofa, mengakui pelanggan sangat berarti untuk perkembangan usahanya. “Pada momen-momen tertentu tak jarang diberikan semacam souvenir kepada mereka, seperti kaos, mug, topi atau pin,” ujar Ali, Kamis (29/4).

Ia mengungkapkan, sebagian besar souvenir itu dipesan dari perajin UKM. Secara umum, kualitas produk hasil UKM nyaris sama dengan produsen menengah atau besar. Namun dari sisi harga, jauh berbeda alias lebih murah.

“Kita biasa memesan souvenir dari UKM di Jatim sini saja dan ternyata tak mengecewakan. Mereka bisa memenuhi permintaan sesuai order, dari sisi desain dan waktu. Tapi, memang ada jenis tertentu yang langsung di-handle pusat,” ungkapnya.

Salah satu perajin UKM Jatim yang berkecimpung membuat produk souvenir adalah pasangan suami-istri Kasmiran, 43, dan Siti Sulasih, 41. Usaha mereka berupa kerajinan boneka berbahan baku utama kain dan bulu, kini banyak dijumpai sebagai ikon atau maskot sebuah klub sepak bola.

Seperti, boneka bajul ijo yang kerap dibawa para bonek saat tim Persebaya bertanding, boneka macan putih yang diusung Persikmania ketika klub Persik Kediri bertarung, atau boneka singa yang dibariskan di tepi lapangan kala Arema Malang bermain.

Buah karyanya dengan merek Asih Collection tidak digarap sendiri, tetapi dibantu perempuan-perempuan dari Dusun Timongo, Desa Denanyar, Kecamatan Kota, Jombang. Mereka adalah warga yang tinggal di sekitar rumah Sulasih.

Tentu tak hanya boneka ikon klub sepak bola, masih ada ratusan jenis boneka yang diproduksi dan dijual. Mulai boneka kepala binatang yang lucu untuk ditempel pada tas dan pakaian (sebagai aplikasi), sampai kepala boneka orang-orangan untuk mainan edukatif, yang biasa dipesan sekolah-sekolah mendekati tahun ajaran baru.

Ketika gegap-gempita pertandingan sepak bola Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Juni mendatang, mulai berkumandang. Sulasih pun tak ingin tinggal diam. “Sejak bulan lalu, saya mulai mendesain singa hijau Zakumi hampir sebulan, setelah tahu dari media massa maskot PD itu,” jelasnya.

Dibantu 12 karyawannya, ia membuat boneka yang didominasi warna hijau tersebut. Pesanan pun mulai mengalir dari berbagai daerah. “Order dari Malang baru saja saya selesaikan, jumlahnya 2.000 buah,” papar Sulasih.

Ia tak terlalu mempedulikan, apakah boneka ikon itu dijual kembali atau dihadiahkan sebagai souvenir oleh si pemesan. Baginya, yang penting harga sesuai. Untuk sebuah boneka maskot PD dipatok Rp 55.000 per buah. Tapi untuk partai besar, bisa hanya Rp 39.000 per buah.

Harga memang bervariasi, tergantung besar-kecilnya boneka, bahan yang digunakan, serta tingkat kesulitannya. Yang pasti harga terendah Rp 300 per buah dan tertinggi Rp 255.000 per buah. “Yang Rp 300 berupa boneka kepala binatang lucu untuk aplikasi pada tas atau pakaian,” kata ibu dua anak ini yang mengaku omzetnya rata-rata Rp 75 juta setiap bulan.

Padahal, ia mengaku, saat memulai usahanya modal yang dimiliki hanya Rp 35.000. “Itu terjadi tahun 1994,” tutur Sulasih, yang saat itu baru berhenti dari pekerjaannya sebagai pembatu rumah tangga (PRT) di rumah keluarga Ny Lan.

Dari rumah majikannya inilah, ia mengenal cara membuat boneka kain. Anak Ny Lan, Lily, memang memiliki toko boneka cukup besar di Jakarta dan sering mengerjakan pembuatan boneka di Jombang.

Maka, ketika Sulasih tak lagi kerja di keluarga Ny Lan, keterampilan ala kadarnya itu dipraktikkan di rumah. “Uang saya saat itu hanya Rp 35.000, untuk beli kain dan silikon, kemudian saya buat boneka. Hasilnya, saya jual di pasar diantar suami. Kebetulan suami tukang becak,” papar Sulasih.

Ternyata dagangan cukup laku. Lebih-lebih ketika dirinya tanpa sengaja bertemu dengan Lily. Ketika tahu Sulasih jualan boneka, Lily meminta boneka buatannya untuk dipajang di toko.

“Sampai sekarang Cik Lily masih sering memesan boneka. Biasanya itu terjadi kalau dia juga mendapat order dari pelanggan,” jelas Asih, yang kini telah memiliki showroom di desanya.

Bahkan, tambahnya, jika dia kesulitan memperoleh bahan baku kain jenis tertentu, Lily yang membantu membelikan langsung dari pabrik. “Dia punya hubungan langsung ke perusahaan kain dan benang,” ungkap Asih, yang sering menerima pesanan dari sejumlah toko swalayan di Jombang, Gresik, Surabaya, Malang, Kediri, Mojokerto.

Anehnya, sampai sekarang Sulasih mengaku belum pernah tersentuh pembinaan dan bantuan modal dari pemerintah setempat. “Sekitar setengah tahun lalu pernah ada orang ke sini, menawarkan pinjaman tanpa bunga. Tapi setelah itu tidak datang lagi,” kata dia.

Padahal, dirinya mengaku masih butuh uluran bantuan modal. “Paling tidak, bantuan itu dapat kami gunakan untuk ongkos mengikuti pameran di berbagai kota. Sering dari pameran itu berhasil dijaring pelanggan tetap,” tutur Sulasih.

Kabag Humas Pemkab Jombang Mohammad Saleh mengatakan, Pemkab Jombang amat peduli dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Karena itu agar UMKM berkembang, diberikan bantuan struktur permodalan melalui lembaga keuangan milik pemkab, Bank Jombang.

“Bunganya murah, tujuh persen per tahun. Jadi, kalau usaha Sulasih memerlukan bantuan modal, dapat mengajukan proposal ke dinas terkait, dalam hal ini Dinas Koperasi dan UKM,” jelas Saleh.

Menurutnya, persyaratan bantuan modal sama sekali tidak rumit. Yang penting, usaha sudah berjalan, keterangan omset, aset, identitas pemilik, serta jika perlu keterangan jumlah karyawan.

“Kalau memenuhi persyaratan, pasti direkomendasi oleh dinas terkait,” kata Saleh, yang cukup lama menjadi staf di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jombang. surya.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar